Bagaimana seorang suami memperlakukan istrinya?

By Dana Anwari. Seorang istri ingin diperlakukan baik oleh suaminya. Seorang suami yang baik pun ingin memperlakukan istrinya dengan baik pula. Cinta kasih dan kasih sayang adalah keindahan suatu perkawinan. Itulah anugerah terindah, dari anugerah terindah lainnya, dari Allah Yang Maha Menciptakan bagi suksesnya suatu pernikahan.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan (1417): Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Pernah sebelas orang wanita duduk berkumpul saling berjanji dan bersepakat untuk tidak menutup-nutupi keadaan suami-suami mereka.
Wanita pertama mengatakan: Suamiku seperti daging unta yang kurus berada di puncak gunung yang sukar didaki, tidak datar sehingga mudah dilalui dan tidak juga gemuk sehingga dapat dipindah-pindahkan.

Wanita kedua mengatakan: Suamiku, aku terpaksa tidak dapat menuturkan mengenai keadaannya karena aku khawatir tidak dapat meninggalkannya. Jika aku menyebutkan sama halnya aku mengungkapkan rahasia aibnya.

Wanita ketiga mengatakan: Suamiku berperawakan tinggi sekali. Jika aku berbicara maka aku akan diceraikannya dan jika aku diam aku pun akan dibiarkannya tanpa dicerai dan dikawinkan (muallaqah).

Wanita keempat mengatakan: Suamiku seperti suasana malam di wilayah Tihamah, tidak panas dan tidak juga terlalu dingin, tidak menakutkan dan tidak juga membosankan.

Wanita kelima mengatakan: Suamiku apabila sudah memasuki rumah, maka dia langsung tertidur nyenyak dan apabila keluar rumah dia seperti seekor singa tanpa menanyakan sesuatu apapun yang bukan termasuk urusannya.

Wanita keenam mengatakan: Suamiku apabila makan, maka ia makan banyak sekali dengan bermacam jenis lauk dan jika minum maka semua sisa minuman akan diteguknya. Dan jika tidur dia akan berselimut tanpa mendekati diriku sehingga ia dapat merasakan nikmatnya kebersamaan.

Wanita ketujuh mengatakan: Suamiku adalah orang yang tidak mengetahui kepentingan dirinya atau lemah syahwat serta tergagap-gagap bicaranya, setiap obat yang diminum tidak dapat menyembuhkan. Di samping itu dia juga orang yang mudah melukai dan memukul.

Wanita kedelapan mengatakan: Suamiku beraroma wangi seperti zarnab dan sentuhannya selembut sentuhan seekor kelinci.

Wanita kesembilan mengatakan: Suamiku adalah seorang terhormat, berpostur tinggi dan sangat dermawan, berumah dekat dengan tempat pertemuan.

Wanita kesepuluh mengatakan: Suamiku adalah seorang pemilik unta yang banyak yang selalu menderum dan jarang sekali bergembala di padang rumput. Unta-unta tersebut jika mendengar suara alat musik kecapi, mereka merasa bahwa sebentar lagi mereka akan disembelih.

Dan wanita yang kesebelas mengatakan: Suamiku bernama Abu Zara`. Tahukah kamu siapakah Abu Zara`? Dialah yang memberiku perhiasan anting-anting dan memberiku makan sehingga aku kelihatan gemuk dan selalu membuatku gembira sehingga aku merasa senang. Dia mendapati diriku dari keluarga tidak mampu yang tinggal di lereng bukit lalu mengajakku tinggal di daerah peternakan kuda dan unta dan dia juga seorang petani. Aku tidak pernah dicela bila berbicara di sisinya dan bila tidur aku dapat tidur dengan nyenyak sampai pagi. Dan bila minum aku dapat minum sampai puas.

Lalu Ummu Abu Zara`, tahukah kamu siapakah Ummu Abu Zara`? Dia memiliki kantong-kantong bahan makanan yang besar-besar dan rumahnya sangat luas.
Ibnu Abu Zara`, tahukah kamu siapakah Ibnu Abu Zara`? Dia memiliki tempat tidur laksana pedang yang dicabut dari sarungnya. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan sebelah kaki seekor anak kambing.
Putri Abu Zara`, tahukah kamu siapakah putri Abu Zara` itu? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya. Tubuhnya gemuk dan suka menimbulkan rasa iri tetangganya.
Budak perempuan Abu Zara`, tahukah kamu siapakah budak perempuan Abu Zara`? Ia tidak pernah menyebarkan rahasia pembicaraan kami dan tidak menyia-nyiakan persediaan makanan kami serta tidak pernah mengotori rumah kami seperti sarang burung.

Ia (sang istri) melanjutkan: Suatu hari Abu Zara` keluar dengan membawa bejana-bejana susu yang akan dijadikan mentega lalu bertemu dengan seorang wanita bersama kedua anaknya yang seperti dua ekor anak singa bermain dengan dua buah delima di bawah pinggang ibunya. Setelah itu aku diceraikannya demi untuk menikahi wanita tersebut. Lalu aku menikah lagi dengan seorang lelaki terhormat serta dermawan. Ia menunggangi seekor kuda yang sangat cepat larinya sambil membawa sebatang tombak dan memperlihatkan kepadaku kandang ternak yang penuh dengan unta, sapi dan kambing serta memberikanku sepasang dari setiap jenis binatang ternak tersebut. Dia berkata: Makanlah wahai Ummu Zara` dan bawalah untuk keluargamu. Kalau kukumpulkan semua pemberiannya pasti tidak akan mencapai harga tempat minum paling kecil milik Abu Zarra`.

Aisyah berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zara` terhadap Ummu Zara`.

1417 - 'A'ishah, may Allah be pleased with her, reported: (One day) there sat together eleven women making an explicit promise among themselves that they would conceal nothing about their spouses. The first one said: My husband is a sort of the meat of a lean camel placed on the top of a mountain, which is difficult to climb up, and (the meat) is not good enough that one finds in oneself the urge to fetch it (from the top of that mountain). The second one said: My husband (is so bad) that I am afraid I will not be able to describe his defects both visible and invisible completely. The third one said: My husband is a tall fellow. If (he learns that) I describe him, he will divorce me, and if I keep quiet I will be made to live in a state of suspense (neither completely abandoned by him nor entertained as wife). The fourth one said: My husband is like the night of Tihamah (the night of Hijaz), neither cold nor hot, there is neither any fear of him nor discontent with him. The fifth one said: My husband is (like) a leopard as he enters the house, and behaves like a lion when he gets out, and he does not ask about whatever happens in the house. The sixth one said: So far as my husband is concerned, he eats so much that nothing is left back and when he drinks he drinks so that no drop is left behind. And when he lies down he wraps his body and does not touch me so that he may know my grief. The seventh one said: My husband is heavy in spirit, weak, suffering from all kinds of conceivable diseases, heaving such rough manners that he may break my head or wound my body, or may do both. The eighth one said: My husband is as sweet as the sweet-smelling plant, and as soft as the softness of the hare. The ninth one said: My husband is a generous noble man, tall - wearing long sword strap having heaps of ashes (at his door an indication of generosity) and his house is near the meeting place where people seek his advice (the inn). The tenth one said: My husband is Malik, and how fine Malik is, much above appreciation and praise (of mine). He has many folds of his camel, more in number than the pastures for them. When they (the camels) hear the sound of music they become sure that they are going to be slaughtered. The eleventh one said: My husband is Abu Zar'. How fine Abu Zar' is! He has suspended in my ears heavy ornaments and (fed me liberally) that my sinews and bones are covered with fat. So he made me happy. He found me among the shepherds living in the side of the mountain, and he made me the owner of the horses, camels and lands and heaps of grain and he finds no fault with me. I sleep and get up in the morning (at my own sweet will) and drink to my heart's content. The mother of Abu Zar', how fine is the mother of Abu Zar'! Her bundles are heavily packed (or receptacles in her house are filled to the brim) and the house quite spacious. So far as the son of Abu Zar' is concerned, son of Abu Zar's bed is as soft as a green palm-stick drawn forth from its bark, or like a sword drawn forth from its scabbard, and whom just an arm of a lamb is enough to satiate. So far as the daughter of Abu Zar' is concerned, how fine is the daughter of Abu Zar', obedient to her father, obedient to her mother, wearing sufficient flesh and is a source of jealousy for her co-wife. As for the female-slave of Abu Zar', how fine she is; she does not disclose our affairs to others (outside the four walls of the house). She does not remove our wheat, or provision, or take it forth, or squander it, but she preserves it faithfully (as a sacred trust). And she does not let the house fill with rubbish. One day Abu Zar' went out (of his house) when the milk was churned in the vessels, and he met a woman, having two children like leopards playing with her pomegranates (chest) under her vest. He divorced me (Umm Zar') and married that woman whom he met on the way. I (Umm Zar') later on married another person, a chief, who was an expert rider, and a fine archer: he bestowed upon me many gifts and gave me one pair of every kind of animal and said: Umm Zar', make use of everything (you need) and send forth to your family (but the fact) is that even if I combine all the gifts that he bestowed upon me, they stand no comparison to the least gift of Abu Zar'. 'A'ishah reported that Allah's Messenger (may peace be upon him) said to me: I am for you as Abu Zar' was for Umm Zar'.
suksespernikahan.blogspot.com
*

No comments:

SUCCESS LINK